pemecahan MIPA

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Bimbingan.
D. Manfaat Bimbingan2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika di SD
B. Bimbingan Belajar dalam Pembelajaran Matematika
C. Metode Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Soal Cerita 5
BAB III PAPARAN HASIL
A. Subjek Bimbingan
B. Hasil Bimbingan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar abstrak yang
dapat berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu
berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya pola-pola, struktur-struktur
dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam
matematika itu adalah deduktif atau deduktif aksiomatik (Sumarno dan
Sukahar, 1996 : xiii).
Matematika sebagai ilmu dasar begitu cepat mengalami
perkembangan, hal itu terbukti dengan makin banyaknya kegiatan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, matematika juga sangat
diperlukan siswa dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran lain.
Akan tetapi pada kenyataannya banyak siswa merasa takut, enggan dan kurang
tertarik terhadap mata pelajaran matematika. Banyak siswa yang kurang
tertantang untuk mempelajari dan menyelesaikan soal-soal matematika,
terutama soal-soal cerita.
Selama ini metode yang dipergunakan dalam pembelajaran soal cerita
dalam matematika pada kelas III SD Tambakaji 05, masih menggunakan
metode ceramah dan latihan, sedangkan soal cerita dalam matematika itu
sendiri merupakan kegiatan pemecahan masalah.
Berpijak pada permasalahan tersebut, maka guru merasa perlu untuk
berupaya memperbaiki metode pembelajarannya. Salah satunya adalah
menggunakan metode pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang tersebut maka penelitian ini
yang menjadi permasalahan adalah :
“Apakah dengan bimbingan dan penggunaan metode pemecahan
masalah dapat meningkatkan kemampuan belajar soal cerita pada
siswa kelas III ?”
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui metode pemecahan masalah dalam peningkatan
kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita.
b. Dalam pembelajaran soal cerita dengan metode pemecahan masalah hasil
belajar siswa meningkat.
D. Manfaat Penelitian
a. Dalam pembelajaran soal cerita dengan metode pemecahan masalah
aktivitas guru meningkat.
b. Dalam pembelajaran soal cerita dengan metode pemecahan masalah
aktivitas siswa menyelesaikan soal cerita meningkat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika di SD
Johnson dan Rising dalam Ruseffendi (1997 : 28) mengemukakan
bahwa matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa bahasa simbol, mengenai ide (gagasan) daripada
mengenai bunyi. Kemudian Kline dalam Ruseffendi (1994 : 28)
mengemukakan matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi, dan alam.
Berpijak dari pengertian-pengertian di atas, maka matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
melalui bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran sehingga siswa
mampu menyelesaikan permasahan hidup sehari-hari.
Menurut kurikulum 2004, matematika merupakan suatu bahan kajian
yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti
oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan
pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan
cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten serta
mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan
masalah (Depdiknas, 2003 : 6).
Berpijak dari uraian di atas, maka di Sekolah Dasar, khususnya kelas
III terlebih dahulu siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda
sehingga keaktifan siswa dalam proses belajar terjadi secara penuh.
Bruner dalam Ruseffendi (1994 : 109-110) mengemukakan bahwa
dalam proses belajar siswa melewati 3 tahap yaitu :
1) Tahap enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
2) Tahap ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan
mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang
dimanipulasinya.
3) Tahap simbolik
Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek real.
B. Bimbingan Belajar Dalam Pembelajaran Matematika
Crow and Crow, dalam Erman Amti (1992 : 2) mengemukakan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun
wanita yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan
pendidikan yang memadai kepada seorang dari semua usia untuk
membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri dan menanggung
bebannya sendiri. Kemudian Jones dalam Djumhur dan M. Surya (1975 : 10)
mengemukakan bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individuindividu
dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai
penyesuaian dengan bijaksana dengan lingkungan.
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang memungkinkan
siswa mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajar atau dapat
pengatasi kesulitan belajar dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika
(Heru Mugiarso, 2004 : 17).
C. Metode Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Soal Cerita
Dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika digunakan suatu
strategi yang mengaktifkan siswa untuk belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar matematika, guru hendaknya memiliki dan menggunakan
metode atau strategi yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik
secara mental, fisik, maupun sosial yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa dan materinya. Adapun metode yang direkomendasikan
dalam pembelajaran soal cerita adalah metode pemecahan masalah.
Tahapan penyelesaian masalah dapat diskemakan sebagai berikut :
Analisis �� Rencana �� Penyelesaian �� Penilaian
1. Analisis
Memperoleh gambaran lengkap dari apa yang diketahui dan apa yang
dipermasalahkan.
2. Rencana
Mengubah permasalahan menjadi sebuah masalah atau soal yang
penyelesaiannya secara prinsip dapat diketahui.
3. Penyelesaian
Melaksanakan rencana pemecahan yang dituliskan dengan jelas dalam
bentuk pengerjaan dan hasil.
4. Penilaian
Memeriksa, apakah masalah sudah diselesaikan dengan tuntas dan layak
sebagai jawaban pertanyaan atau penyelesaian masalah. Sukirman dalam
Ruseffendi ( 1997 : 10.9 – 10.11).
Mengacu pada pendapat Bruner, bahwa di dalam pembelajaran
matematika harus menggunakan tahapan-tahapan tertentu dan pendekatan
kontekstual. Maka sebelum siswa menyelesaikan soal cerita, terlebih dahulu
diadakan tanya jawab yang mengarah pada pemecahan penyelesaian soal
cerita sebagai berikut :
1) Tahap enaktif
Guru mengadakan tanya jawab, contoh :
Guru : “Berapa uang sakumu, Vera ?”
Vera : “Empat ratus rupiah, Bu”
Guru : “Sekarang kamu Rian, berapa uang sakumu ?”
Rian : “Lima ratus rupiah, Bu”
Guru : “Vera mempunyai uang empat ratus rupiah. Rian mempunyai uang
lima ratus rupiah. Bila disatukan ada berapa uang saku mereka ?”
Siswa : “Sembilan ratus rupiah”.
Di dalam tahap enaktif adanya pengalaman langsung dan alat
peraga yang berupa uang.
2) Tahap ikonik
Guru mengadakan tanya jawab seperti di atas tetapi pada tahap
ikonik dimanipulasi dengan menggambar himpunan di papan tulis seperti
berikut :
U =
Di dalam tahap ikonik adanya manipulasi benda asli dengan tiruan.
3) Tahap Simbolik
Guru langsung menggunakan lambang bilangan karena pada tahap
ini siswa sudah mampu menggunakan notasi dan berpikir abstrak.
Rp. 400,00 + Rp. 500,00 = Rp. 900,00
Soal cerita dalam pembelajaran matematika adalah bentuk soal non
rutin karena merupakan kegiatan pemecahan masalah. Dalam menyampaikan
soal cerita, siswa harus :
1) Mengerti soalnya dan mengetahui dengan jelas apa yang ditanyakan
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100
100
100
100
100
100
100 100
2) Dapat menuliskan kalimat matematikanya dalam bentuk kalimat bilangan
dengan salah satu peubah (biasanya n)
3) Mencari bilangan yang membuat hal itu menjadi benar (berapakah n)
4) Menjawab pertanyaan dalam soal cerita itu menggunakan bilangan yang
diperoleh (Hambali dan Siskandar, 1993 : 43 – 44)
Langkah-langkah di atas dalam pembelajaran soal cerita di kelas III
sebagai berikut :
Contoh soal :
Suatu pertandingan sepak bola dihadiri 2.750 penonton putra dan 4%
penonton putri. Sebelum pertandingan berakhir, jumlah penonton yang telah
pulang 372. berapa orang jumlah penonton yang pulang setelah pertandingan
berakhir ? (Supardjo, 2004 : 74)
Dalam hal ini perlu dibiasakan untuk menulis terlebih dahulu :
1) Apa yang diketahui
Banyak penonton putra 2.750 orang
Banyak penonton putri 496 orang
Penonton yang pulang sebelum pertandingan berakhir 372 orang
2) Apa yang ditanya
Berapa jumlah penonton yang pulang setelah pertandingan berakhir
3) Menulis kalimat matematikanya
2.750 + 496 – 372 = . . . .
4) Menjawab pertanyaan dan mengkomunikasikan hasilnya
2.750
496 +
3.246
372 -
2.874
Jadi penonton yang pulang setelah pertandingan ada 2.874 orang.
Selain metode dalam pembelajaran soal cerita diperlukan adanya
penggunaan media yang tepat. Adapun media rekomendasikan dalam
pembelajaran soal cerita penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah
adalah :
1) Media tiga dimensi realita berupa mata uang
Penggunaan mata uang dalam pembelajaran soal cerita selain guru
yang menggunakan, siswa juga diberi kesempatan untuk menggunakan
sendiri.
2) Media visual diam yang berupa lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa dibuat oleh guru, yang memuat perintah dalam
mengerjakan dan soal cerita sebagai latihan yang harus diselesaikan siswa.
3) Media visual diam yang berupa kertas manila bertuliskan soal cerita.
BAB III
PAPARAN HASIL
A. Subjek Bimbingan
Subjek bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir ini yaitu salah satu
siswa kelas III SDN Tambakaji 05 yang mengalami kesulitan belajar dalam
menyelesaikan soal cerita.
Biodata :
Nama : Erwin Setiaji
Nama Ayah : M. Faris
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Fanarati
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
B. Hasil Bimbingan
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penyelesaian soal
cerita, guru memberikan bimbingan. Adapun bimbingan yang diberikan yaitu :
1. Pemberian tes awal yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa menguasai materi yang akan disampaikan.
2. Penggunaan metode yang tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita. Dalam hal ini metode yang digunakan
yaitu metode pemecahan masalah.
3. Penggunaan media yang tepat
Adapun media yang digunakan yaitu media tiga dimensi realita yang
berupa mata uang. Guru memberikan soal cerita kepada siswa yang
berkaitan dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Hal ini dapat
melibatkan siswa secara langsung dalam penyelesaian soal tersebut.
“Indah mempunyai uang Rp. 1.000,00 diberikan kepada Sari Rp.
300,00. Berapa uang yang dimiliki Indah sekarang ?”
4. Guru menjelaskan kepada siswa tentang cara penyelesaian cerita. Setelah
guru mengetahui bahwa siswa kurang mampu menyelesaikan soal cerita
yang diberikan sebagai tes awal, guru menjelaskan cara penyelesaian soal
tersebut sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah dalam
menyelesaikan soal cerita. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanya, pengerjaannya, dan cara
mengkomunikasikan hasilnya.
Contoh : Sebuah truk memuat 3.725 karung beras. Sesaat kemudian
muatan ditambah lagi 247. setelah sampai di suatu tempat
penjualan diturunkan 1525. Berapa karung beras dalam truk
sekarang ?
Apa yang diketahui :
- Karung beras muatan truk pertama = 3.725 karung
- Muatan ditambah lagi = 247 karung
- Muatan diturunkan = 1.525 karung
Apa yang ditanya :
Berapa karung beras dalam truk sekarang ?
Menulis kalimat matematikanya :
3.725 + 247 - 1525 = . . . .
Menjawab pertanyaan dan mengkomunikasikan hasilnya
3.725
247 +
3.972
1.525 -
2.447
Jadi, karung beras dalam truk sekarang 2.447 karung.
5. Guru memberikan lembar kerja siswa sebagai tes akhir
Soal :
Suatu lomba sepeda santai diikuti oleh 2.705 peserta putra dan
1.926 putri. Dari jumlah peserta itu terdapat 890 peserta tidak
mencapai garis finish. Berapakah jumlah peserta yang mencapai
garis finish ?
Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita mengalami peningkatan. Bimbingan yang diberikan guru dan
penggunaan metode serta media yang tepat dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal tersebut.


hasil copy dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/2144.pdf