implementasi wawasan nusantara dengan dunia pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagaimana kita ketahui indonesia merupakan negara kepulauan, dengan bermacam macam adat istiadat, budaya, agama bahkan bahasa. Disamping itu kekayaan alam yang berlimpah menjadikan indonesia sebagai negara yang cukup dipandang dimata dunia. dengan demikian kita dituntut turut berperan aktif untuk menjaga, membela dan berjuang demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah wilayah kedaulatan, di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep dasar wilayah negara kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa Indonesia, karena telah melahirkan konsep Wawasan Nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia. Laut Nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan tetapi sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang disikapi sebagai wilayah kedaulatan mutlak Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tetapi cukup banyak juga negara yang tidak mempunyai wawasan, seperti: Thailand, Perancis, Myanmar dan sebagainya. Indonesia wawasan nasionalnya adalah wawasan nusantara yang disingkat Wanus. Wanus ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang sarwa nusantara dan penekanannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah lingkungannya yang sarwa nusantara itu.
Bila diperhatikan lebih jauh kepulauan Indonesia yang duapertiga wilayahnya adalah laut membentang ke utara dengan pusatnya di pulau Jawa membentuk gambaran kipas. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif. , sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mengacu pada kondisi geografi bercirikan maritim, maka diperlukan strategi besar (grand strategy) maritim sejalan dengan doktrin pertahanan defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang harus dipertahankan adalah laut. Implementasi dari strategi maritim adalah mewujudkan kekuatan maritim (maritime power) yang dapat menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai ancaman.
B. Perumusan Masalah
Melihat dari latar belakang tersebut, kami mencoba merumuskan beberapa masalah yang akan kami bahas.
1. Apa pengertian wawasan nusantara?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi wawasan nusantara?
3. Apa yang di maksud dengan Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara?
4. Apa arah pandang dari wawasan nusantara?
5. Bagaimana hubungannya antara wawasan nusantara dengan pedidikan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini tiada lain :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khususnya adalah :
a. Mahasiswa mengetahui pengertia dari wawasan nusantara
b. Mahasiswa mengetahui dengan fakor factor yang mempengaruhi wawasan nusantara.
c. Mahasiswa mengetahui dan memahami unsur unsur dasar wawasan nusantara.
d. Memahami dan mengetahui arah pandang wawasan nusantara.
e. Memahami dan mengetahui hubungan wawasan nusantara dengan dunia pendidikan

Oleh karena itu Kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan (khalifullah) di bumi yang menerima amanat-Nya untuk mengelola kekayaan alam.
Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang ber-bhinneka, negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan dan kelemahan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan gegrafis yang strategis dan kaya sumber daya alam. Kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian wawasan nusantara?
Banyak sumber sumber yang memberikan penjelasan tentang pengertian wawasan nusantara, namun pada intinya sama saja,
Adapula definisi menurut orang-orang/lembaga terkemuka antara lain :
1. Definisi menurut Prod. Dr.Was Usman
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek yang beragam.
2. Definisi menurut Kelompok Kerja LEMHANAS
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Namun dapat kita simpulkan saja dimulai dari Kata wawasan berasal dari kata “wawas” ( bahasa Jawa ) yang berarti melihat atau memandang. Jika ditambah dengan akhiran –an maka secara harfiah berarti cara penglihatan, cara tinjau, cara pandang. Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuno yakni nusa yang berarti pulau, dan antara artinya lain. Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar belakang falsafah Pancasila, latar belakang pemikiran aspek kewilayahan, aspek sosial budaya dan aspek kesejarahan, terbentuklah satu wawasan nasional Indonesia yang disebut dengan Wawasan Nusantara.
Berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelengarakan kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Sebagai bangsa yang majemuk yang telah menegara, bangsa Indonesia dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, baik pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan rakyat semestanya, selalu mengutamakanpersatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Untuk itu pembinaan dan dan penyelenmggaraan tata kehidupan bangsa dan negaraIndonesia disususn atas dasara hubungan timbal balik antara falsafah, cita-cita dan tujuan nasional, serta kondisi social budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentangkemajemukan dan kebhinekaannyadengan mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional. Gagasan untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan tersebutdikenal dengan Wasantara, singkatan dari Wawasan Nusantara.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa bumi, air, dan dirgantara di atasnya serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Karena itu, dengan konsep wawasan nusantara bangsa Indonesia bertekad mendayagunakan seluruh kekayan alam, sumber daya serta seluruh potensi nasionalnya berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, seimbang, serasi dan selaras untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan segenap bangsa dan seluruh tumpah darah dengan tetap memperhatikan kepentingan daerah penghasil secara proporsional dalam keadilan.
Untuk itulah, mengapa Wawasan Nusantara perlu. Ini karena Wawasan Nusantara mempunyai fungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain fungsi, Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Hal tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu. kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Kepentingan-kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
B. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara?
a. Wadah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan didalamnya.
Letak geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dan antara dua benua, yaitu banua Asia dan benua Australia. Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan poliyik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.
Indonesia, yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupun kecil.
Kepulauan Indonesia terletak pada batas astronomi sbb:
Utara : ± 6°08’ LU
Selatan : ± 11°15’ LS
Barat : ± 94°45’ BT
Timur : ± 141°05’ BT
Jarak utara-selatan sekitar 1.888 Kemerdekaan, sedangkan jarak barat-timur sekitar 5.110 Kemerdekaan. Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km², yang terdiri dari daratan seluas 2.027.087 km² dan perairan seluas 3.166.163 km².
b. Geopolitik dan Geostrategi.
Pengertian geopolitik adalah Geografi mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik memaparkan dasar pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijakan nasional untuk mewujudkan tujuan tertentu. Prinsip-prinsip dalam geopolitik menjadi perkembangan suatu wawasan nusantara.
C. Arah Pandang Wawasan Nusantara.
1. Arah Pandang Ke Dalam
Arah pandang ke dalam bertujuan menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun sosial. Arah pandang ke dalam mengandung arti bahwa bangasa indonesia harus peka dan berusaha untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan harus mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatua dan kesatuan dalam kebhinekaan.
2. Arah Pandang Ke Luar
Arah pandang ke luar ditujukan demi terjaminnya kepentingan nasional dalam duna serba berubah maupun kehidupan dalam negeri serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, serta kerja sama dan sikap saling menghormati. Arah pandang ke luar mengandung arti bahwa kehidupan internasionalnya, bangsa Idonesia harus berusaha mengamankan kepentingan nasionalnya dalam semua aspek kehidupan demi tercapainya tujuan nasional sesuai tertera pada Pembukaan UUD1945.



BAB II
IMPLEMENTASI DENGAN DUNIA PENDIDIKAN

A. Implementasi Wawasan Nusantara
Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, wawasan Nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan dan tuntunan bagi setiap individu bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, implementasi atau penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.daripada kepentingan pribadi atau kelompok sendiri.
1. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim penyelenggaraan Negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut nampak dalam wujud pemerintahan yang kuat, aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat.
2. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Di samping itu, mencerminkan tanggungjawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antardaerah secara timbale balik serta kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
3. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan social budaya akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus sebagai karunia Sang Pencipta. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku, asal-usul daerah, agama atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya.
4. Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan hankam akan menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela negara ini akan menjadi modal utama yang akan menggerakkan partsisipasi setiap warga negara Indonesia dalam menanggapi setiap bentuk ancaman, seberapapun kecilnya dan darimanapun datangnya atau setiap gejala yang membahayakan keselamatan bangsa daqn kedaulatan Negara.
5. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pendidikan sangatlah berperan aktif, karena salah satu tantangan wawasana nusantara adalah penguasaan IPTEK agar dapat bersaing secara global. Kita ketahui bahwa kualitas SDM bangsa Indonesia di nilai masih sangat rendah sehingga belum siap untuk menerima dan mengolah IPTEK, sehinggga memerlukan peran aktif guru dalam meningkatkan kualitas SDM bangsa Indonesia. Hal tersebut di lakukan dengan cara mengembangkan pengetahuan melalui proses pembelajaran.

PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN


Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan karena sasaran yang dicapai bukanlah semata mata memproduksi bahan pelajaran, melainkan di titik beratkan pada peningkatan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses merencanakan dan menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan di dasari hasil pengkajian kurikum yang telah belaku sehingga dapat menciptakan kondisi belajar mengajar lebih baik dan berkualitas.
Arti kurikulum itu sendiri adalah seprangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan proses pembelajaran. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar sebagai pengembangan fungsi-fungsi potensial yang dimiliki secara utuh yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dan pembelajaran adalah upaya untuk mencapai perubahan hidup. Maka begitu pentingnya kurikulum dengan belajar.
Hubungan antara kurikulum dengan belajar begitu erat, karena suatu proses mesti menggunakan konsep-konsep teori yang relevan yang mencerminkan, menggambarkan rancang bangunnya, segala sesuatu haruslah di mulai dari bagian bagian dasar (kurikulum, rencana) baru kemudian terjadi proses secara berangsur-angsur, oleh karena itu kurikulum bisa dikatakan sebagai pondasi, dan belajar adalah bahan bangunan.
Namun dalam realitanya sebagian besar guru belum secara menyeluruh belum memahami betapa pentingnya pengembangan kurikulum dalam pembelajaran dengan peningkatan hasil karena kebanyakan guru hanya mementingkan hasil belajar dari proses pembelajaran itu sendiri. Kurikulum hanya dipandang sebagai laporan yang ditulis dan bersifat administrasi saja, tanpa dilihat perubahan paradigma pembelajaran.
Oleh karena itu pelapor ingin melakukan analisa tentang kelemahan-kelemahan tersebut. Tak dapat kita pungkiri sebaik apapun kebijakan jika tidak disertai dukungan serta kesiapan berbagai pihak sulit untuk menghasilkan hasil yang sesuai harapan.
Guna terwujudnya tujuan dan meminimalisirkan kelemahan-kelemahan tersebut dalam makalah ini penulis menyusun dan membahas tentang ”PENDEKATAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM”. Penulis mencoba merumuskan beberapa masalah yang menjadi analisa sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana proses pengembangan kurikulum?
3. Siapa yang berperan dalam pengembangan kurikulum?
4. Tahap apa saja yang digunakan dalam pengembangan KTSP?

Adapun tujuan pelapor membahas atau menganalisa kurikulum khususnya KTSP adalah sebagai berikut
1. kita dapat memahami apa yang di maksud dengan kurikulum
2. dapat mengetahui apa proses dan prinsip yang di terapkan kurikulum
3. memperoleh gambaran sipa yang berperan dalam pengembangan kurikulum serta
4. bisa menganalisa dan memahami tahapan tahanpan yang terjadi dalam pengembangan kurikulum.
Pelapor dalam pembahasan kurikulum ini akan mengambil satu kurikulum yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) karena pelapor membahas sesuai dengan buku yang menjadi sumber pelapor membahas.
Pelapor menggunakan buku IMPLEMENTASI LIFE SKILL dalam KTSP MELALUI MODEL MANAJEMEN POTENSIAL QODRATI.
Penulis : Drs. DIAN SUKMARA,M.Pd
Editor : Drs, CHAERUL ROCHMAN, M.Pd
Penerbit : CV.MUGHNI SEJAHTERA
Cetakan ke 1: Maret 2007

BAB II
PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

B. Hakikat dan Pengertian
Pengembangan kurikulum mempunyai dua makna yakni penyusunan yang sama sekali baru (curicullum cuntrction) dan menyempunakan kurikulum yang telah ada sebelumnya (curicullum improment). Nana syadiyah menyebutkan bahwa dalam pengembangan terdapat lima pendekatan yang penting antara lain sebagai berikut
1. pendekatan penguasaan ilmu
Menekankan isi atau materi, memuat segi kognitif, afektif dan psikomotor.
2. pendekatan kemampuan standar
menekankan pada kemampuan potensial siswa.
3. pendekatan kompetensi
menekankan pada kemampuan kejujuran
4. Pendekatan pembentukan pribadi
menekankan pembentukan aspek aspek kepribadian
5. Pendekatan pemecahan masalah kemasyarakatan menekankan pada kemampuan memecahkan masalah yang terjadi pada masyarakat.

Pemerintah sendiri memperhatikan tentang kurikulum tersebut, hal itu terdapat pada PPRI Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Dalam PPRI tersebut ditetapkan bahwa dalam pendekatan pengambangan kuikulum harus mencakup :
1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar pendidik dan tenaga pendidik
4. Standar sarana dan prasarana
5. Standar prasarana
6. Standar pembiayaan dan
7. Standar penilaian pendidikan
Dengan demikian dapat di tarik suatu kesimpulan KTSP adalah seperangkat kemmpuan potensial satuan pendidik untuk membekali peserta didik dengan berbasis pada kemampuan setiap satuan pendidik yang ada
B. Proses pengembangan kurikulum
Untuk dapat tumbuhnya proses pengambangan kurikulum yang bergerak ke arah yang sesuai potensi, karakteristik dan kebutuhan daerah di perlukan adanya kebijakan ekonomi pendidikan. Maka pemerintah dan masyarakat harus duduk bersama menentukan standar pendidikan dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dari orang tua, guru, tokoh masyarakat untuk terjadi dialog yang produktif antara sisitem pendidikan dengan star holdernya.
Untuk dapat membentuk kurikulum tersebut subandiyah menyatakan 5 hal penting untuk membuat kurikulum tersebut, yaitu :
a. Karakteristik khusus sistem sosial ekonomi dan kekuasaan
b. Tingkat evolusi dan kompleksitas administratif
c. Ketidaksamaan antara kesungguhan pemerintah daerah dalam mendistribusikan maupun cara pengumpulan data.
d. Keterbatasan tenaga teknis secara khusus.
e. Ketersediaan bantuan untuk pelaksanaan program dari pihak pemerintah maupun swasta.
Tujuan dari langkah-langkah pengembangan kurikulum meliputi :
Orientasi, Justification, Fokus, Standar keberhasilan, hubungan dengan masyarakat, keterlibatan pemerintah daerah responsiveness, logistik dan espensess.
Lampiran
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik.
a. Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Belajar untuk memahami dan menghayati.
c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektie.
d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain.

C. Peranan Guru dalam pengembangan Guru
Berkaitan dengan peranan guru dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum ( KTSP ), terdapat beberapa tuntutan profesional guru diantaranya :
1. Selalu membuat perencanaan kongkrit dan detail yang siap untuk dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Berperan sebagai mitra siswa agar belajar menjadi bermakna.
3. Bersikap kritis dan berani
4. Berperan sebagi fasilitator dan menjadikan siswa sebagai produsen yang memberikan gagasan-gagasan.
5. Bersikap kreatif dan menghasilkan karya.
Untuk itu dituntun kepegawaian guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

D. Tahapan Pelaksanaan KTSP
Prinsip pengambangan KTSP :
1. Berpusat pada / ke peserta didik
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan bekesinambungan.
6. Belajar sepanjang hayat.
7. Seimbang kepentingan nasional dan daerah
8. Tematik
9. Partisipatif
Acuan Operasional Penyusunan KTSP :
1. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia
2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan taingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
5. Tuntutan dunia kerja
6. Perkembangan ilmu pengetahuan
7. Agama
8. Dinamika perkembangan global
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
11. Kesetaraan jender
Komponen KTSP terdiri atas :
• Tujuan Pendidikan kesetaraan ( kelompok belajar paket A/B/C )
• Struktur dan muatan kurikulum
• Kalenser pendidikan
• Silabus
• Rencana pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
A. TUJUAN PENDIDIKAN KESETARAAN
• Memperluas akses pendidikan dasar 9 tahun melalui jalur pendidikan nonformal program paket A dan paket B
• Memperluas akses pendidikan menengah melalui jalur pendidikan nonformal paket C
• Meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan kesetaraan paket A, B, dan C
• Menguatkan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik terhadap penyelenggaraan dan lulusan pendidikan kesetaraan






BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum tidak hanya sekedar mempelajari mata peajaran,tetapi lebih mengembangkan pikiran,menambah wawasan,serta mengembangkan pengetahuan yang dimiliki siswa.Kurikulum lebih mempersiapkan peserta didik atau subjek belajar yang baik dalam memecahkan masalah individualnya maupun lingkungan.Karena itu kurikulum diberi konotasi sebagai usaha sekolah untuk mempengaruhi anak agar mereka dapat belajar dengan baik di dalam kelas,di halaman kelas,di luar lingkungan atau kegiatan untuk mempengaruhi subjek belajar sehingga menjadi pribadi yang di harapkan.Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sifat-nya berkesinambungan.Kurikulum ini di desain sedemikian rupa sehingga tidak terjadi jurang yang memisahkan antara jenjang pendidikan dasar dengan jenjang pendidikan selanjutnya.Seperti halnya dengan istilah-istilah lain yang banyak di gunakan,urikulum juga mengalami perkmebangan dan tafsiran yang berbeda-beda,hampir setiap ahli kurikulum mempunyai rumusan sendiri. Seperti beberapa pendapat para ahli di bawah ini :
1) Saylor dan Alexander (1956 : 3) merumuskan kurikulum tidak sekedar mata pelajaran tetapi segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2) Dalam UU No. 20 tahun 2003 dikemukakan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
3) Pengertian kurikulum menurut pandangan lama, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah.
4) Pendapat modern tentang kurikulum diartikan bersifat luas bukan saja terdiri dari mata pelajaran tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggungjawab sekolah.
5) Pasal 1 butir 6 kepmendiknas No. 232/V/2009
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan belajar-mengajar (www.kopertis 4.or.id).
6) Harsono 2005
Kurikulum adalah gagasan pendidikan yang diekspresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu, saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan tetapi termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu intitusi pendidikan (www.kopertis 54.or.id).
7) Grayson 197
Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran ’yang diharapkan dari suatu pembelajaran.


8) Hilda Taba : 1962
Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan ini menyatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah. (www.depdiknas.go.id/jurnal).
Dari pendapat para ahli tentang pengertian kurikulum ini ada kesamaan yang menonjol yaitu kurikulum merupakan seperangkat rencana untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai sisi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan para siswa.
Paling tidak ada tiga peranan kurikulum yaitu :
1) Peranan konservatif yaitu mentrasmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda
2) Peranan kritis atau evaluatif yaitu aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berfikir kritis.
3) Peranan kreatif yaitu mencipta dan menyusun suatu yang baru sesuai, dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang dalam masyarakat.
Ketiga peranan tersebut berjalan secara seimbang, dalam arti terdapat keharmonisan diantara keduanya.
Disamping memiliki peranan kurikulum juga memiliki fungsi yakni :
2. Penyesuaian (the adjustive of adaptive function) yaitu kemampuan individu menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara keseluruhan.
3. Deferensiasi (the defferensiating function) yaitu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan dalam masyarakat.
4. Persiapan (the propaedeutic function) yaitu mempersiapkan siswa untuk dapat melanjutkan studi kepanjang yang lebih tinggi untuk suatu jangkauan yang lebih jauh.
5. Pemilihan (the selective function) yaitu memberikan kesempatan kepada seseorang untuk apa yang diinginkannya dan menarik perhatiannya.

B. Perubahan Kurikulum
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perubahan kurikulum.
1) Berorientasi pada tujuan : kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional.
2) Relevansi (kesesuaian) yaitu pengembangan kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, pengembangan siswa dan IPTEKS.
3) Efisiensi dan efektivitas yaitu pengembangan kurikulum harus berorientasi kepada seberapa besar biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang dicapai dan seberapa lama waktu yang diperlukan dikaitkan dengan tujuan yang telah dicapai.
Prosedur pembaharuan kurikulum pada pokoknya ada dua prosedur utama untuk mengubah kurikulum yaitu pertama, apa yang disebut dengan ”administrative aproach” yaitu yang direncanakan oleh pihak atas untuk kemudian diturunkan kepada instansi-instansi bawahan sampai pada guru-guru. Jadi dari atas ke bawah, atas inisiatif para administator, kedua adalah ”grass roots approach” yaitu yang dimulai dari bawah yakni dari pihak guru atau sekolah secara individual prosedur manakah yang dilaksanakan banyak tergantung pada sistem pendidikan serta organisasi dan struktur organisasinya. Di Indonesia pendekatan yang dipakai adalah pendekatan administratif.
Pendekatan administratif banyak menggunakan panitia-panitia untuk merencanakan kurikulum baru, menyusun buku pelajaran, menyebarluaskan dan sebagainya. Partisipasi diusahakan seluas mungkin agar tercapainya konsensus dan keterlibatan pribadi dan instansi dalam usaha pembaharuan kurikulum. Walaupun pendekatan administratif mempunyai banyak kebaikan namun ditinjau dari segi tertentu mempunyai kelemahan antara lain dikemukakan bahwa cara ini otoriter karena hanya merupakan keputusan atasan yang harus dilaksanakan oleh guru-guru, guru kurang dilibatkan dalam proses pemecahannya, karena itu guru-guru kurang berusaha untuk mendalaminya dan memahaminya, guru akan mudah kembali kepada praktek-praktek yang lama. Oleh karena itu sulit melakukan perubahan, dilapangan perubahan kurikulum hanya bersifat teori saja. Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang wajar dan harus dilakukan karena perubahan yang terus menerus dalam masyarakat dan kehidupan, serta sifat pendidikan sangat dinamis.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari semua pembahasan yang dijelaskan pada bab pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya, tentang pengertian kurikulum, pengertian kurikulum diambil dari beberapa pendapat para ahli yang dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan dalam belajar dan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam perjalanannya kurikulum memiliki banyak perubahan. Perubahan lini mengacu pada beberapa hal seperti berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi dan efektivitas dan masih banyak lagi. Selain mengalami perubahan kurikulum juga memiliki peranan dan fungsi yang saling berkaitan, peranan kurikulum ini diantaranya peranan konservatif. Peranan kritis dan peranan kreatif begitu juga dengan fungsi kurikulum ada beberapa jenis misalnya penyesuaian, deferensiasi, persiapan dan pemilihan dalam perubahannya kurikulum yang berganti-ganti salah satu hal yang menyebabkannya ketidaksiapan guru untuk menerapkan kurikulum tersebut. Seharusnya perubahan dan pengembangan kurikulum tidak hanya sekedar mengubah materi saja, tetapi ada hal yang lebih penting, bagaimana mengubah perilaku guru-guru agar dapat berkiprah dalam merespon perubahan itu. Agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai, jadi kalau terjadi perubahan kurikulum hendaknya terjadi perubahan secara komprehensif termasuk materi, metode, guru, sarana dan hal lain yang ada kaitannya dengan kurikulum belajar dan pembelajaran sehingga dampak positif dari perubahan akan dirasakan manfaatnya oleh semua pihak.

pemecahan MIPA

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Bimbingan.
D. Manfaat Bimbingan2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika di SD
B. Bimbingan Belajar dalam Pembelajaran Matematika
C. Metode Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Soal Cerita 5
BAB III PAPARAN HASIL
A. Subjek Bimbingan
B. Hasil Bimbingan
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar abstrak yang
dapat berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu
berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya pola-pola, struktur-struktur
dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam
matematika itu adalah deduktif atau deduktif aksiomatik (Sumarno dan
Sukahar, 1996 : xiii).
Matematika sebagai ilmu dasar begitu cepat mengalami
perkembangan, hal itu terbukti dengan makin banyaknya kegiatan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, matematika juga sangat
diperlukan siswa dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran lain.
Akan tetapi pada kenyataannya banyak siswa merasa takut, enggan dan kurang
tertarik terhadap mata pelajaran matematika. Banyak siswa yang kurang
tertantang untuk mempelajari dan menyelesaikan soal-soal matematika,
terutama soal-soal cerita.
Selama ini metode yang dipergunakan dalam pembelajaran soal cerita
dalam matematika pada kelas III SD Tambakaji 05, masih menggunakan
metode ceramah dan latihan, sedangkan soal cerita dalam matematika itu
sendiri merupakan kegiatan pemecahan masalah.
Berpijak pada permasalahan tersebut, maka guru merasa perlu untuk
berupaya memperbaiki metode pembelajarannya. Salah satunya adalah
menggunakan metode pemecahan masalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang tersebut maka penelitian ini
yang menjadi permasalahan adalah :
“Apakah dengan bimbingan dan penggunaan metode pemecahan
masalah dapat meningkatkan kemampuan belajar soal cerita pada
siswa kelas III ?”
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui metode pemecahan masalah dalam peningkatan
kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita.
b. Dalam pembelajaran soal cerita dengan metode pemecahan masalah hasil
belajar siswa meningkat.
D. Manfaat Penelitian
a. Dalam pembelajaran soal cerita dengan metode pemecahan masalah
aktivitas guru meningkat.
b. Dalam pembelajaran soal cerita dengan metode pemecahan masalah
aktivitas siswa menyelesaikan soal cerita meningkat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika di SD
Johnson dan Rising dalam Ruseffendi (1997 : 28) mengemukakan
bahwa matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa bahasa simbol, mengenai ide (gagasan) daripada
mengenai bunyi. Kemudian Kline dalam Ruseffendi (1994 : 28)
mengemukakan matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat
sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial,
ekonomi, dan alam.
Berpijak dari pengertian-pengertian di atas, maka matematika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
melalui bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran sehingga siswa
mampu menyelesaikan permasahan hidup sehari-hari.
Menurut kurikulum 2004, matematika merupakan suatu bahan kajian
yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas. Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti
oleh siswa, proses penalaran induktif dapat dilakukan pada awal pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan dengan proses penalaran deduktif untuk menguatkan
pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa.
Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan
cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten serta
mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam menyelesaikan
masalah (Depdiknas, 2003 : 6).
Berpijak dari uraian di atas, maka di Sekolah Dasar, khususnya kelas
III terlebih dahulu siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda
sehingga keaktifan siswa dalam proses belajar terjadi secara penuh.
Bruner dalam Ruseffendi (1994 : 109-110) mengemukakan bahwa
dalam proses belajar siswa melewati 3 tahap yaitu :
1) Tahap enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
2) Tahap ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan
mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang
dimanipulasinya.
3) Tahap simbolik
Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek real.
B. Bimbingan Belajar Dalam Pembelajaran Matematika
Crow and Crow, dalam Erman Amti (1992 : 2) mengemukakan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun
wanita yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan
pendidikan yang memadai kepada seorang dari semua usia untuk
membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri dan menanggung
bebannya sendiri. Kemudian Jones dalam Djumhur dan M. Surya (1975 : 10)
mengemukakan bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individuindividu
dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai
penyesuaian dengan bijaksana dengan lingkungan.
Bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang memungkinkan
siswa mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajar atau dapat
pengatasi kesulitan belajar dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika
(Heru Mugiarso, 2004 : 17).
C. Metode Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Soal Cerita
Dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika digunakan suatu
strategi yang mengaktifkan siswa untuk belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar matematika, guru hendaknya memiliki dan menggunakan
metode atau strategi yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik
secara mental, fisik, maupun sosial yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa dan materinya. Adapun metode yang direkomendasikan
dalam pembelajaran soal cerita adalah metode pemecahan masalah.
Tahapan penyelesaian masalah dapat diskemakan sebagai berikut :
Analisis �� Rencana �� Penyelesaian �� Penilaian
1. Analisis
Memperoleh gambaran lengkap dari apa yang diketahui dan apa yang
dipermasalahkan.
2. Rencana
Mengubah permasalahan menjadi sebuah masalah atau soal yang
penyelesaiannya secara prinsip dapat diketahui.
3. Penyelesaian
Melaksanakan rencana pemecahan yang dituliskan dengan jelas dalam
bentuk pengerjaan dan hasil.
4. Penilaian
Memeriksa, apakah masalah sudah diselesaikan dengan tuntas dan layak
sebagai jawaban pertanyaan atau penyelesaian masalah. Sukirman dalam
Ruseffendi ( 1997 : 10.9 – 10.11).
Mengacu pada pendapat Bruner, bahwa di dalam pembelajaran
matematika harus menggunakan tahapan-tahapan tertentu dan pendekatan
kontekstual. Maka sebelum siswa menyelesaikan soal cerita, terlebih dahulu
diadakan tanya jawab yang mengarah pada pemecahan penyelesaian soal
cerita sebagai berikut :
1) Tahap enaktif
Guru mengadakan tanya jawab, contoh :
Guru : “Berapa uang sakumu, Vera ?”
Vera : “Empat ratus rupiah, Bu”
Guru : “Sekarang kamu Rian, berapa uang sakumu ?”
Rian : “Lima ratus rupiah, Bu”
Guru : “Vera mempunyai uang empat ratus rupiah. Rian mempunyai uang
lima ratus rupiah. Bila disatukan ada berapa uang saku mereka ?”
Siswa : “Sembilan ratus rupiah”.
Di dalam tahap enaktif adanya pengalaman langsung dan alat
peraga yang berupa uang.
2) Tahap ikonik
Guru mengadakan tanya jawab seperti di atas tetapi pada tahap
ikonik dimanipulasi dengan menggambar himpunan di papan tulis seperti
berikut :
U =
Di dalam tahap ikonik adanya manipulasi benda asli dengan tiruan.
3) Tahap Simbolik
Guru langsung menggunakan lambang bilangan karena pada tahap
ini siswa sudah mampu menggunakan notasi dan berpikir abstrak.
Rp. 400,00 + Rp. 500,00 = Rp. 900,00
Soal cerita dalam pembelajaran matematika adalah bentuk soal non
rutin karena merupakan kegiatan pemecahan masalah. Dalam menyampaikan
soal cerita, siswa harus :
1) Mengerti soalnya dan mengetahui dengan jelas apa yang ditanyakan
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100
100
100
100
100
100
100 100
2) Dapat menuliskan kalimat matematikanya dalam bentuk kalimat bilangan
dengan salah satu peubah (biasanya n)
3) Mencari bilangan yang membuat hal itu menjadi benar (berapakah n)
4) Menjawab pertanyaan dalam soal cerita itu menggunakan bilangan yang
diperoleh (Hambali dan Siskandar, 1993 : 43 – 44)
Langkah-langkah di atas dalam pembelajaran soal cerita di kelas III
sebagai berikut :
Contoh soal :
Suatu pertandingan sepak bola dihadiri 2.750 penonton putra dan 4%
penonton putri. Sebelum pertandingan berakhir, jumlah penonton yang telah
pulang 372. berapa orang jumlah penonton yang pulang setelah pertandingan
berakhir ? (Supardjo, 2004 : 74)
Dalam hal ini perlu dibiasakan untuk menulis terlebih dahulu :
1) Apa yang diketahui
Banyak penonton putra 2.750 orang
Banyak penonton putri 496 orang
Penonton yang pulang sebelum pertandingan berakhir 372 orang
2) Apa yang ditanya
Berapa jumlah penonton yang pulang setelah pertandingan berakhir
3) Menulis kalimat matematikanya
2.750 + 496 – 372 = . . . .
4) Menjawab pertanyaan dan mengkomunikasikan hasilnya
2.750
496 +
3.246
372 -
2.874
Jadi penonton yang pulang setelah pertandingan ada 2.874 orang.
Selain metode dalam pembelajaran soal cerita diperlukan adanya
penggunaan media yang tepat. Adapun media rekomendasikan dalam
pembelajaran soal cerita penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah
adalah :
1) Media tiga dimensi realita berupa mata uang
Penggunaan mata uang dalam pembelajaran soal cerita selain guru
yang menggunakan, siswa juga diberi kesempatan untuk menggunakan
sendiri.
2) Media visual diam yang berupa lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa dibuat oleh guru, yang memuat perintah dalam
mengerjakan dan soal cerita sebagai latihan yang harus diselesaikan siswa.
3) Media visual diam yang berupa kertas manila bertuliskan soal cerita.
BAB III
PAPARAN HASIL
A. Subjek Bimbingan
Subjek bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir ini yaitu salah satu
siswa kelas III SDN Tambakaji 05 yang mengalami kesulitan belajar dalam
menyelesaikan soal cerita.
Biodata :
Nama : Erwin Setiaji
Nama Ayah : M. Faris
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Fanarati
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
B. Hasil Bimbingan
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penyelesaian soal
cerita, guru memberikan bimbingan. Adapun bimbingan yang diberikan yaitu :
1. Pemberian tes awal yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa menguasai materi yang akan disampaikan.
2. Penggunaan metode yang tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal cerita. Dalam hal ini metode yang digunakan
yaitu metode pemecahan masalah.
3. Penggunaan media yang tepat
Adapun media yang digunakan yaitu media tiga dimensi realita yang
berupa mata uang. Guru memberikan soal cerita kepada siswa yang
berkaitan dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Hal ini dapat
melibatkan siswa secara langsung dalam penyelesaian soal tersebut.
“Indah mempunyai uang Rp. 1.000,00 diberikan kepada Sari Rp.
300,00. Berapa uang yang dimiliki Indah sekarang ?”
4. Guru menjelaskan kepada siswa tentang cara penyelesaian cerita. Setelah
guru mengetahui bahwa siswa kurang mampu menyelesaikan soal cerita
yang diberikan sebagai tes awal, guru menjelaskan cara penyelesaian soal
tersebut sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah dalam
menyelesaikan soal cerita. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanya, pengerjaannya, dan cara
mengkomunikasikan hasilnya.
Contoh : Sebuah truk memuat 3.725 karung beras. Sesaat kemudian
muatan ditambah lagi 247. setelah sampai di suatu tempat
penjualan diturunkan 1525. Berapa karung beras dalam truk
sekarang ?
Apa yang diketahui :
- Karung beras muatan truk pertama = 3.725 karung
- Muatan ditambah lagi = 247 karung
- Muatan diturunkan = 1.525 karung
Apa yang ditanya :
Berapa karung beras dalam truk sekarang ?
Menulis kalimat matematikanya :
3.725 + 247 - 1525 = . . . .
Menjawab pertanyaan dan mengkomunikasikan hasilnya
3.725
247 +
3.972
1.525 -
2.447
Jadi, karung beras dalam truk sekarang 2.447 karung.
5. Guru memberikan lembar kerja siswa sebagai tes akhir
Soal :
Suatu lomba sepeda santai diikuti oleh 2.705 peserta putra dan
1.926 putri. Dari jumlah peserta itu terdapat 890 peserta tidak
mencapai garis finish. Berapakah jumlah peserta yang mencapai
garis finish ?
Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita mengalami peningkatan. Bimbingan yang diberikan guru dan
penggunaan metode serta media yang tepat dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal tersebut.


hasil copy dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/2144.pdf

MAKALAH HIV/AIDS

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Rumusan Masalah 2
C.Tujuan Penulisan 2
D.Manfaat Penulisan 2
E.Sistematika Penulisan 2
BAB II ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME
A.Perkembangan dan Perjalanan HIV/AIDS 4
B.Siapa yang Rentan Terkena HIV/AIDS 6
C.Pencegahan HIV/AIDS 7
D.Situasi HIV/AIDS di Indonesia 8
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan 10
B.Saran 10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85% penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (14-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.
Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan.
Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya.
Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada istri dari pelanggan pelacur.
Pada tahap keempat, mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.
B.Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1.Bagaimanakah perkem HIV/AIDS di dunia?
2.Siapakah yang rawan terhadap virus AIDS?
3.Bagaimana pencegahan AIDS?
4.Bagaimana situasi HIV/ AIDS di Indonesia?

C.Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui perkembangan HIV/ AIDS.
2.Untuk mengetahui siapa saja yang rentan terkena HIV/ AIDS.
3.Untuk mengetahui pencegahan HIV/ AIDS.

D.Manfaat Penulisan
Dengan mengetahui bagaimana perkembangan, dampak HIV/ AIDS, maka kita akan memahami betapa ganasnya virus HIV/ AIDS tersebut.

E.Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
D.Manfaat Penulisan
E.Sistematika Penulisan
BAB II ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME
A.Perkembangan dan Perjalanan HIV/AIDS
B.Siapa yang Rentan Terkena HIV/AIDS

C.Pencegahan HIV/AIDS
D.Situasi HIV/AIDS di Indonesia
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME

A.Perkembangan dan Perjalanan HIV/AIDS
Kasus pertama ditemykan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) s/d akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak.
Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-Sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 40 tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.
Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV + ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah.
Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.
Di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun.
Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik.
Pola infeksi secara global, sekitar 90% kasus HIV/AIDS ada di negara berkembang. Saat ini penyebabnya adalah :
Afrika Sub-sahara : 14 juta
Asia Selatan-Tenggara : 4,8 juta
Asia Timur-Pasifik : 35.000
Timur Tengah : 200.000
Karibia : 270.000
Amerika Latin : 1,3 juta
Eropa Timur-Asia Tengah : 30.000
Australia : 13.000
Eropa Barat : 470.000
Amerika Utara : 780.000
Dengan globalisasi, pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, episentrum infeksi HIV/AIDS saat ini bergeser ke Asia.
Tahun 2000, diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40 juta orang dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara.
Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah kasus baru (insidens) per tahun. Di Amerika Serikat, telah turun dari 100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus baru/tahun. Pola serupa juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru.
Penurunan kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja.
Penurunan infeksi HIV juga menjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa dini dan pengobatan yang adekuat untuk penyakit menular seksual (PMS). Di Tanzania, daerah yang pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai insiden HIV yang 40% lebih rendah. Penelitian di Pantai Gading, Afrika memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga mengurangi viral load sehingga mengurangi infectivity.

B.Siapa yang Rentan Terkena HIV/AIDS
Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu yang paling beresiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada “kelompok” mana tetapi pada “perilaku” yang berganti-ganti pasangan.
Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender.
Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi “menampung”, dan alat reproduksi wanita sifatnya “masuk kedalam” dibandingkan pria yang sifatnya “menonjol keluar”. Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV.
Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlakuan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV.
Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, keterampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelecehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival.
Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan ribuan penduduk tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa memperoleh kesempatan kerja sebagai buruh dan kemudian menjadi nelayan. Kaum wanita yang hanya terbiasa dengan pekerjaan akhirnya tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan hiburan dan penyediaan jasa seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit menular seksual (termasuk HIV) dan meninggal akibat AIDS.
Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang berkembang pesat menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita tergusur dari pekerjaan tradisionalnya di bidang pertanian. Sebagian besar kemudian migrasi ke kota-kota besar dan menjadi pekerja seks dan akhirnya tertular oleh HIV.

C.Pencegahan HIV/AIDS
Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual.
Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak boleh menjadi donor darah.
Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah befaithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.
Pertemuan Komperensi Internasional AIDS ke XI di Vancouver bulan Juli 1966 melaporkan penggunaan tiga obat kombinasi (triple drugs) yang mampu menurunkan viral load hingga jumlah minimal dan memberikan harapan penyembuhan.
Kendala yang dihadapi untuk pengobatan adalah biaya yang mahal untuk penyediaan obat dan biaya pemantauan laboratorium, yang mencapai US$ 16.000-US$ 25.000/tahun. Kendala lain adalah kepatuhan penderita untuk minum obat secara disiplin dalam jangka waktu 1,5-3 tahun, karena obat yang diminum secara tidak teratur akan menyebabkan resistensi.
Diperkirakan karena mahalnya biaya pengobatan, maka hanya ada 5-10% pengidap HIV yang mampu berobat dengan menggunakan triple drugs ini. Jika masalah biaya ini tidak bisa diatasi, maka adanya obat tidak akan mampu memberantas HIV/AIDS secara bermakna.
Penelitian untuk menemukan vaksi pencegahan HIV juga terus dilakukan. Biaya vaksinasi diperkirakan tidak akan semahal triple drugs. Seandainya ditemukan vaksin untuk pencegahan HIV, kendalanya adalah harus dicapainya jumlah cakupan vaksinasi yang tinggi (80%) jika diinginkan dampak pemberantasan HIV. Untuk mencapai cakupan sebesar ini, diperkirakan akan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan sulit disediakan oleh negara berkembang.
Dampak sampingan dari mahalnya obat dan ketersediaan biaya untuk pelaksanaan vaksinasi, menyebabkan munculnya isu diskriminasi baru yaitu kaya dan miskin. Pengidap HIV yang kaya akan mampu menyediakan biaya untuk triple drugs, tetapi yang miskin tetap akan mati. Negara industri kaya bisa menyediakan biaya untuk mencapai cakupan vaksinasi yang tinggi, sedangkan negara berkembang mungkin tidak akan mampu.



D.Situasi HIV/AIDS di Indonesia
Sampai dengan bulan September 1996, jumlah kasus HIV/AIDS mencapai 449 orang, dengan kelompok umur terbanyak pada usia 20-29 tahun (47%) dan kelompok wanita sebanyak 27%. Kelompok usia produktif (15-49 tahun) mencapai 87%. Dilihat dari lokasi, kasus terbanyak ditemukan di DKI Jakarta, Irian Jaya dan Riau.
Jumlah kasus yang tercatat di atas adalah menurut adalah menurut catatan resmi yang jauh lebih rendah dari kenyataan sesungguhnya akibat keterbatasan dari sistem surveilance perangkat kesehatan kita.
Permasalahan HIV/AIDS di banyak negara memang memperlihatkan fenomena gunung es, dimana yang tampak memang jauh lebih kecil dibandingkan jumlah sesungguhnya.
Upaya penanggulangan AIDS di Indonesia masih banyak ditujukan kepada kelompok-kelompok seperti para pekerja seks dan waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum, seperti kaum ibu, mahasiswa dan remaja sekolah lanjutan. Yang masih belum digarap secara memadai adalah kelompok pekerja di perusahaan yang merupakan kelompok usia produktif.
Proyeksi perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan akan menembus angka 1 juta kasus pada tahun 2005, dan sesuai pola epidemiologis yang ada maka jumlah kasus terbanyak akan ada pada kelompok usia produktif (patut diingat bahwa pada tahun 2003 Indonesia akan memasuki pasar bebas APEC dan membutuhkan SDM yang tangguh untuk bersaing di pasar global).



BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam bab “ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME” maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.Kasus pertama ditemukannya HIV/AIDS terjadi di San-Fransisco pada seorang gay tahun 1981.
2.Virus AIDS ditemukan dalam cairan sperma, cairan vagina dan pada darah, serta penularannya terjadi melalui hubungan seksual, alat suntik narkotika, transfusi darah dan ASI.
3.AIDS dapat menyerang siapa saja yang melakukan perilaku yang menyebabkan AIDS (hubungan seksual berganti-ganti, pemakai narkotika suntik, transfusi darah yang tercemar).
4.Pencegahan yang paling tidak bisa mengurangi terjadi HIV/AIDS adalah A-B-C-.
A (abstinensia) = tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
B (befaithful) = jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya.
C (condom )= jika cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka gunakanlah condom.

B.Saran
Sex yang aman adalah with non freesex.
Sobat, banyak orang percaya kalau penyakit AIDS lebih disebabkan faktor-faktor “humans behavior” perilaku manusia itu sendiri.
Friend … maka masalah yang pertama kali harus dibehani adalah soal keyakinan hidup, daripada ngeluarin duit juta-juta lebih baik enggak ngeluarin sama sekali. Nah, sobat remaja, janganlah gonta-ganti pasangan. Kita coba untuk SETIA …., chayoo …